![]() |
Mahasiswa PMT Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang saat melaksanakan kegiatan pembuatan tempat sampah bambu untuk warga. (Foto: Istimewa) |
Kegiatan PMT-3 yang dimulai sejak 15 Juli 2025 ini disambut hangat oleh warga. Partisipasi aktif masyarakat terlihat dalam setiap tahap program, mulai dari perencanaan hingga pemasangan fasilitas. Dukungan tersebut menjadi sinyal positif bahwa masyarakat menyadari pentingnya pengelolaan sampah untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.
“Kami sangat mengapresiasi semangat dan kreativitas mahasiswa dalam mengembangkan program yang bermanfaat dan berkelanjutan,” ujar Dosen Pembimbing Lapang (DPL) PMT-3, Rifky Aldila Primasworo, ST., MT. Menurutnya, penggunaan bambu sebagai bahan utama tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memanfaatkan potensi sumber daya lokal yang melimpah di wilayah tersebut.
![]() |
Proses pembuatan tempat sampah bambu |
Program ini dirancang tidak sekadar menyediakan tempat pembuangan sampah, tetapi juga membentuk kesadaran dan kebiasaan masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya. Edukasi mengenai pentingnya kebersihan lingkungan menjadi bagian integral dari kegiatan ini, dengan harapan dapat membentuk perilaku positif yang berkelanjutan di tingkat komunitas.
Lebih dari itu, mahasiswa UNITRI juga mengajarkan kepada warga teknik pembuatan tempat sampah bambu. Transfer pengetahuan ini bertujuan agar masyarakat memiliki keterampilan tambahan yang dapat dikembangkan menjadi peluang usaha, sekaligus mendorong ekonomi kreatif berbasis sumber daya lokal.
Penempatan tempat sampah dilakukan berdasarkan survei kebutuhan dan pola aktivitas warga. Setiap titik penempatan dipilih melalui diskusi antara mahasiswa, warga, dan tim pembimbing. Strategi ini memastikan fasilitas benar-benar digunakan secara optimal dan mampu meningkatkan kebersihan lingkungan secara signifikan.
Seluruh rangkaian kegiatan didokumentasikan dalam laporan komprehensif yang memuat proses, hasil, hingga tantangan yang dihadapi. Laporan ini diharapkan menjadi referensi bagi replikasi program serupa di daerah lain. “Laporan ini akan menjadi blueprint bagi program-program pengabdian masyarakat ke depan,” tambah Rifky.
Dengan adanya tempat sampah bambu, Desa Banjarejo kini memiliki fasilitas pendukung yang tidak hanya fungsional, tetapi juga estetik dan ramah lingkungan. Warga merasa lebih termotivasi menjaga kebersihan desa, sementara potensi pengembangan produk serupa mulai dilirik sebagai peluang usaha baru.
Keberhasilan program ini menunjukkan bahwa inovasi sederhana bisa membawa dampak besar. Integrasi antara keberlanjutan lingkungan, pemberdayaan masyarakat, dan transfer keterampilan menjadikan inisiatif ini sebagai contoh pengabdian masyarakat yang ideal.
Mahasiswa UNITRI Kelompok 57 berharap program ini terus berlanjut bahkan setelah masa pengabdian selesai. Semangat kolaborasi antara mahasiswa dan warga diharapkan menjadi pondasi untuk menciptakan desa yang bersih, sehat, dan mandiri secara ekonomi di masa depan.
*)berita ini ditulis sebagai laporan kegiatan Mahasiswa PM-T Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang kelompok 57
0Komentar