Kegiatan penelitian berlangsung sepanjang Juli 2025, dipimpin oleh dosen Novita Dewi dengan anggota tim Errick Endra Cita. Penelitian ini juga melibatkan dua mahasiswa, Muhammad Almujihad dan Nita Kurniati. Tujuan utama mereka adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kadar hemoglobin serta membandingkan secara langsung manfaat puding labu kuning dan puding bayam.
Menurut Novita Dewi, kadar hemoglobin yang ideal sangat penting bagi kesehatan, terutama di usia produktif 18–22 tahun. “Hemoglobin berperan vital dalam mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Jika kadarnya rendah, seseorang berisiko mengalami anemia yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari,” ujarnya.
Labu kuning dan bayam dipilih sebagai bahan utama karena nilai gizinya yang tinggi. Labu kuning kaya zat besi dan vitamin C yang membantu penyerapan zat besi secara optimal. Sementara itu, bayam, terutama bayam merah yang dikenal sebagai salah satu sumber zat besi nabati terbaik yang berperan langsung dalam pembentukan hemoglobin. Kedua bahan ini diyakini mampu membantu mencegah anemia jika dikonsumsi secara teratur.
Penelitian menggunakan metode kombinasi antara korelatif dan pra-eksperimen dengan kelompok kontrol. Pendekatan cross-sectional melibatkan 67 dewasa muda sebagai populasi studi. Dari jumlah tersebut, 55 responden dipilih sebagai sampel dengan teknik purposive sampling, mempertimbangkan kriteria khusus seperti usia 18–22 tahun dan kesediaan mengikuti seluruh rangkaian penelitian.
Responden dibagi ke dalam tiga kelompok. Kelompok pertama mendapatkan perlakuan berupa puding labu kuning, kelompok kedua menerima puding bayam, sementara kelompok ketiga menjadi kelompok kontrol tanpa perlakuan. Selama enam hari berturut-turut, peserta diwajibkan mengonsumsi puding sesuai kelompok masing-masing.
Proses penelitian dilakukan di Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah (KMB) Unitri dan asrama putri kampus. Sebelum dan sesudah perlakuan, kadar hemoglobin para peserta diukur untuk melihat perbedaan signifikan yang terjadi. Tim peneliti berharap pendekatan ini dapat memberikan data ilmiah yang akurat terkait efektivitas kedua jenis puding tersebut.
Errick Endra Cita menambahkan, penelitian ini bukan sekadar eksperimen kuliner, melainkan langkah untuk mempopulerkan pola makan sehat yang mudah diakses. “Puding adalah bentuk olahan yang disukai banyak orang, sehingga memudahkan penerapan hasil penelitian ini di kehidupan sehari-hari,” jelasnya.
![]() |
Infografis: Penelitian puning dan bayam dalam meningkatkan kadar hemoglobin pada kalangan dewasa dan muda, oleh Dosen Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang |
Selain meneliti manfaat gizi, tim juga mencatat respons peserta terhadap rasa dan tekstur puding. Hal ini penting untuk menilai potensi penerimaan masyarakat jika produk ini dikembangkan lebih lanjut. Hasil uji organoleptik akan menjadi bagian dari laporan akhir penelitian.
Temuan dari penelitian ini diharapkan menjadi pijakan untuk inovasi makanan sehat di masa depan, tidak hanya bagi mahasiswa Unitri tetapi juga masyarakat luas. Jika hasilnya signifikan, puding labu kuning dan puding bayam berpotensi menjadi rekomendasi menu tambahan untuk menjaga kadar hemoglobin, khususnya bagi kelompok usia produktif yang rentan mengalami anemia.
0Komentar